Sinatung Natak

Alkisah, di sebuah negeri di daerah Bengkulu, ada seorang raja yang bernama Serik Seri Nato. Ia mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Cerlik Cerilang. Berita tentang kecantikan sang Putri telah tersebar sampai ke berbagai negeri. Banyak pangeran dan pemuda yang penasaran ingin melihat kecantikannya dan bermaksud menyuntingnya.

Berita tentang kecantikan Putri Cerlik Cerilang juga sampai di dusun Kutei Donok (sekarang bernama Desa Kota Donok, Kecamatan Lebong Selatan). Di dusun ini, ada seorang Batara Guru bernama Guru Tuo yang memiliki tujuh orang putra. Batara Guru Tuo sangat pandai dan sakti. Putra bungsunya bernama Sinatung Natak yang punya penyakit panu di sekujur tubuhnya. Meski demikian, ia sangat dimanja oleh orangtuanya karena sifatnya yang suka menolong terhadap sesama.

Mendengar kabar kecantikan Putri Cerlik Cerilang, Sinatung Natak selalu termenung dan membayangkan kecantikan wajah sang Putri. “Alangkah bahagianya aku jika mempunyai istri yang cantik. Tapi, mungkinkah sang Putri mau menikah denganku dengan kondisi tubuhku yang penuh dengan panu ini?” tanya Sinatung Natak dalam hati. “Ah, aku tidak boleh menyerah sebelum mencoba,” tambahnya dengan penuh semangat.

Pada malam harinya, Sinatung Natak pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya itu kepada orangtuanya dalam sebuah pertemuan keluarga. “Maaf, Ayah! Natak ingin menyampaikan sesuatu kepada Ayah,” ungkap Natak, mengawali pembicaraannya. “Ada apa, Anakku?” tanya sang Ayah. “Maafkan Natak jika apa yang Natak sampaikan nanti tidak berkenan di hati Ayah,” katanya lebih lanjut. “Apa yang ingin kau sampaikan, Anakku? Katakanlah!” desak Ayahnya penasaran. “Natak ingin pergi jauh, Ayah,” jawab Natak.

Keenam kakaknya dan anggota keluarga lainnya yang ada pada saat itu kaget mendengar perkataan Sinatung Natak. Mereka tahu bahwa Natak tidak pernah bepergian jauh selama hidupnya. “Hendak pergi kemanakah engkau, Anakku?” tanya sang Ayah ingin tahu. “Negeri Serik Seri Nato, Ayah,” jawab Natak singkat sambil menundukkan kepala. “Apakah Adik ingin menemui Putri Cerlik Cerilang yang terkenal cantik itu?” tanya kakaknya yang sulung. “Benar, Bang! Adik bermaksud meminangnya,” jawab Natak.

Mendengar jawaban Natak, Ayahnya terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, ia kembali bertanya kepadanya. “Apa mungkin Putri Cerlik Cerilang akan menerima pinanganmu dengan kondisi tubuhmu yang penuh dengan panu itu, Anakku?” “Tidak hanya itu, Anakku! Bukankah Negeri Serik Seri Nato itu sangat jauh dari sini?” tambah Ibunya. “Iya, Natak menyadari akan semua hal itu. Tapi, Natak ingin sekali menemui putri itu, Bu!” jawab Natak dengan tekad bulat.

Oleh karena tekadnya begitu besar, akhirnya Batara Guru Tuo mengizinkan Natak pergi. Baiklah kalau itu keinginanmu, Anakku! Ayah merestui engkau menemui Putri Cerlik Cerilang. Tapi sebelum berangkat, Ayah akan menambah kesaktianmu untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan yang terjadi di sana,” ungkap Batara Guru Tuo.

Mendengar persetujuan Batara Guru Tuo, seluruh anggota keluarga lainnya pun ikut merestui kepergian Sinatung Natak. Setelah tiga hari tiga malam mendapat tambahan ilmu kesaktian dari ayahnya, berangkatlah Sinatung Natak menuju ke Negeri Serik Seri Nato untuk menemui Putri Cerlik Cerilang. Berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ia berjalan menuju ke arah matahari terbenam dengan menyusuri hutan belantara, menyeberangi sungai, naik dan turun gunung, dan melewati banyak dusun. Ia terkadang bermalam di tengah hutan seorang diri. Kepada setiap orang yang ditemuinya, ia selalu bertanya tentang di mana Negeri Serik Seri Nato, namun tak seorang pun yang mau memberi tahunya.

Pada suatu hari, ketika menyusuri sebuah hutan, Sinatung Natak bertemu dengan seorang Sebei (nenek) sedang berjalan menggunakan tongkat sambil membawa bronang. Sebei itu baru saja pulang dari ladangnya. Sinatung Natak pun segera menghampirinya. “Maaf, kalau saya mengganggu perjalanan Bei,” sapa Natak. “Siapa kamu ini anak muda?” tanya Sebei itu. “Natak, Bei!” jawab Natak. “O ya, Bei! Kalau tidak keberatan, sudilah Sebei tunjukkan jalan menuju Serik Seri Nato,” pinta Natak kepada sebei itu. “Apakah kamu bermaksud menemui Putri Cerik Cerilang yang cantik itu?” tanya sebei itu. “Benar, Bei! Apakah Sebei mengenalnya?” Natak balik bertanya.

Mendengar pertanyaan Natak, Sebei itu hanya tersenyum sambil memandang Natak yang tampak penasaran. “Iya. Sebei banyak tahu tentang sang Putri. Tapi, sebaiknya kamu mampir dulu digubukku. Nanti Sebei ceritakan semua,” ajak Sebei itu. “Terima kasih, Bei!” jawab Natak. Akhirnya, keduanya pun berjalan menuju ke gubuk wanita tua itu. Natak membantu membawakan bronang sang Sebei.

Pada malam harinya, Sebei itu pun menceritakan semua hal tentang Putri Cerlik Cerilang kepada Natak. “Ketahuilah, Natak! Putri Cerlik Cerilang itu sudah mempunyai tunangan. Namanya Sinatung Bakas. Ia sangat kejam. Siapa pun yang berani mendekati sang Putri pasti akan dibunuhnya,” cerita sang Sebei. “Tapi, Bei! Natak ingin sekali melihat sang Putri dan meminangnya,” kata Natak bersikukuh ingin menemui sang Putri.

“Oh, jangan, Natak! Itu sangat berbahaya! Nanti kamu akan dibunuh oleh tunangan sang Putri. Ia mempunyai puluhan orang algojo berbadan besar,” cegah Sebei itu. “Tenang, Bei! Natak bisa jaga diri,” ucap Natak. Melihat tekad kuat Sinatung Natak tersebut, Sebei itu pun tidak mampu memberi alasan lagi untuk menghalanginya pergi.

Keesokan harinya, Sinatung Natak pun berpamitan kepada Sebei sambil menyalaminya. Sinatung Natak melanjutkan perjalanan menuju ke Negeri Serik Seri Nato dengan menyusuri jalan sesuai petunjuk yang diberikan oleh Sebei itu. Setelah berjalan selama sehari semalam, sampailah Natak di sebuah negeri yang ramai. Banyak bangunan yang berdiri megah dan bagus. Para penduduknya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ia pun menghampiri seorang pedagang yang sedang sibuk menjajakan barang dagangannya. “Permisi, Tuan! Benarkah ini Negeri Serik Seri Nato?” tanya Sinatung Natak dengan sopan. “Benar, anak muda! Kamu pasti akan menemui Putri Cerlik Cerilang,” jawab pedagang itu. “Bagaimana Tuan bisa tahu?” tanya Natak dengan penuh keheranan. “Setiap pemuda yang datang dari luar negeri ini pasti akan mencari sang Putri,” jawab pedagang itu.

Usai berkata begitu, pedagang itu menunjukkan istana tempat kediaman sang Putri kepada Sinatung Natak. Maka dengan semangatnya, Sinatung Natak segera menuju ke istana itu. Ketika sampai di istana, ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk sendirian di sebuah bangku bundar di tengah taman. Ia yakin gadis itu adalah Putri Cerlik Cerilang. Jantungnya pun mulai berdebar kencang. Perlahan-lahan ia melangkah menghampiri sang gadis. “Maaf, Putri! Benarkah Putri adalah Cerlik Cerilang,” tanya Sinatung Natak dengan gugup. Benar. Aku Cerlik Cerilang,” jawab sang Putri dengan sopan.

Setelah itu, Sinatung Natak pun memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangannya. Baru beberapa saat mereka berkenalan, keduanya pun sudah tampak akrab. Oleh karena keasyikan berbincang-bincang, keduanya tidak menyadari kalau ada seseorang yang sedang memerhatikan mereka. Rupanya, orang itu adalah mata-mata Sinatung Bakas yang sengaja ditugaskan untuk mengawasi setiap pemuda yang mendekati Putri Cerlik Cerilang. Melihat keadaan itu, ia pun segera melapor kepada Sinatung Bakas.

“Gawat, Tuan! Ada seorang pemuda yang tak dikenal sedang menemui sang Putri di taman istana,” lapor orang suruhan Bakas itu. Mendengar laporan itu, Sinatung Bakas pun langsung naik pitam. Wajahnya tiba-tiba merah membara bagai terbakar api. “Siapa pemuda itu, berani sekali ia mendekati calon istriku!” ucap Bakas dengan geram. Bersama beberapa orang algojonya, Bakas langsung menuju ke taman istana tempat di mana Putri Cerlik Cerilang dan Sinatung Natak sedang asyik berbincang. Sesampainya di sana, tanpa berpikir panjang, ia langsung menusuk tubuh Sinatung Natak dari arah belakang dengan pedangnya. Sinatung Natak yang tidak mengetahui hal itu tidak dapat berbuat apa-apa. Maka, ia pun tewas seketika. Melihat kejadian itu, sang Putri segera berlari menuju ke istana untuk melapor kepada ayahandanya. Mulanya, sang Raja hendak menceritakan kejadian itu kepada warganya. Namun karena melihat Sinatung Bakas datang ke istana, akhirnya sang Raja pun membatalkan niatnya tersebut. Agar rahasianya tidak terbongkar, sang Raja pun memerintahkan pengawalnya untuk mengubur mayat Sinatung Natak di bawah bangku tempat sang Putri dan Sinatung Natak berbincang.

Sementara itu, di rumah Sinatung Natak, seluruh keluarganya sedang bermusyawarah guna mengambil tindakan terkait dengan kejadian yang menimpa Sinatung Natak. Mereka mengetahui kejadian itu berkat kepandaian dan kesaktian Batara Guru Tuo. Hasil musyawarah itu memutuskan, Batara Guru Tuo bersama keenam saudara Sinatung Natak berangkat menuju Negeri Serik Seri Nato. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan, akhirnya sampailah mereka di negeri itu. Mereka pun langsung menghadap Baginda Raja Negeri Serik Seri Nato.

“Ampun, Baginda Raja! Maafkan hamba jika kedatangan hamba bersama putra-putra hamba tidak berkenan di hati Baginda!” kata Batara Guru Tuo sambil memberi hormat. “Hai, siapa kalian ini dan apa maksud kedatangan kalian kemari?” tanya Raja. “Ampun, Baginda! Hamba adalah ayah Sinatung Natak. Kedatangan hamba kemari ingin mengambil putra hamba yang telah dibunuh oleh calon menantu, Baginda,” jawab Batara Guru Tuo.

Alangkah terkejutnya sang Raja mendengar jawaban itu. Dalam hatinya bertanya-tanya, pasti ada orang yang telah membocorkan rahasia mereka. “Hei, Pak Tua! Kamu jangan mengada-ada! Bagaimana kamu tahu kalau calon menantukulah yang telah membunuh putramu?” tanya Raja penasaran. “Ampun, Baginda Raja! Ayah kami adalah orang yang pandai dan sakti. Ia memiliki indra keenam dan mampu mengetahui hal-hal yang ghaib,” sahut putra sulung Batara Guru Tuo.

“Diam kau, anak muda!” bentak sang Raja.

“Ampun beribu ampun, Baginda! Jika Baginda tidak percaya, tanyalah ayah kami. Pasti beliau tau tempat di mana Sinatung Natak dibunuh!” tambah putra kedua Batara Guru Tuo.

Baginda Raja pun menanyakan hal itu kepada Batara Guru Tuo. Ternyata benar, Batara Guru Tuo mengetahui jika Sinatung Natak dikuburkan di bawah bangku di taman istana. Ia pun meminta izin kepada Baginda Raja untuk membongkar tempat itu. “Ampun, Baginda! Izinkanlah hamba untuk membongkar tanah di bawah bangku itu!” pinta Batara Guru Tuo.

Baginda Raja semakin tidak bisa mengelak. Ia pun memenuhi permintaan tersebut. Keenam putra Batara Guru Tuo segera menggali tanah itu. Tidak berapa lama, mereka pun menemukan jasad Sinatung Natak yang sudah terbujur kaku. Namun, ada yang aneh pada jasad Sinatung Natak. Meskipun sudah berminggu-minggu di dalam tanah, tubuh dan kulitnya tidak berubah. Maka berkatalah Batara Guru Tuo:

“Rupo idak berubah, panau-panau masih ado,” (wajah belum berubah, panu masih ada).

Melihat kenyataan itu, Baginda Raja bersama beberapa pengawalnya hanya terdiam malu. Akhirnya, mereka mengaku telah berbuat salah dan meminta maaf kepada keluarga Batara Guru Tuo. Untuk menebus kesalahannya, Baginda Raja pun berjanji kepada Batara Guru Tuo. “Apapun yang kamu minta, akan aku berikan.” “Ampun, Baginda! Hamba tidak akan menuntut banyak, Baginda!” jawab Batara Guru Tuo. “Katakanlah! Berapa banyak uang kamu minta?” tanya Baginda Raja. “Ampun, Baginda! Hamba hanya menginginkan sejumlah uang sesuai dengan jumlah panu yang ada pada tubuh Natak,” jawab Batara Guru Ruo.

“Baiklah, kalau begitu. Permintaanmu aku kabulkan,” kata Baginda Raja. Setelah dihitung, jumlah panu yang ada di tubuh Sinatung Natak berjumlah delapan puluh buah panu. Satu panu diganti dengan uang satu rial. Namun, pada saat perhitungan panu dilakukan terjadi suatu peristiwa gaib. Setiap panu yang sudah dihitung tiba-tiba hilang satu per satu dari tubuh Natak tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Dan, ajaibnya lagi, ketika sampai pada hitungan kedelepan puluh, dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa, tiba-tiba Sinatung Natak hidup kembali. Alangkah terkejutnya Baginda Raja menyaksikan peristiwa ajaib itu. Begitu pula Sinatung Natak, ia terkejut saat melihat panu yang memenuhi tubuhnya hilang semua.

*****
Demikian cerita Sinatung Natak dari daerah Bengkulu, Indonesia. Hingga kini, oleh masyarakat setempat cerita di atas dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan aturan pada kasus pembunuhan. Hutang nyawa tidak harus diganti dengan nyawa, akan tetapi tergantung kepada permintaan keluarga korban pembunuhan.

Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik adalah keutamaan sifat tidak malu mengakui kesalahan. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Raja Serik Seri Nato yang mengakui kesalahannya dan segera meminta maaf kepada keluarga Batara Guru Tuo. Dalam kehidupan orang Melayu, sifat ini sangatlah diutamakan untuk menghindari terjadinya perseteruan di antara sesama. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

wahai ananda kekasih ibu,
mengaku salah janganlah malu
memaafkan orang jangan menunggu
hati pemurah menjauhkan seteru
Read More......

2010

Yakkk lewat 2009 datang tahun 2010, tidak terasa semua begitu cepat pergi dan cepat datang. desember...dimulai pada tanggal 5. bertepatan dengan HUT TNI AL. kilas balik nih buat penulis.... akhir tahun yang indah dua tahun terakhir. tepat tanggal 5 Desember 2008 penulis memulai usaha membuka warnet Samudera, keinginan untuk menambah usaha belum tercapai masih banyak kendala... planning penulis 5 desember 2009 ada penambahan.

Tanggal 5 desember 2009 penulis and team membuat event besar untuk ukuran di Bengkulu adalah yang terbaik dan sukses besar. sampai akhirnya penulis diajak Mr.Roni untuk membuat sebuah EO yang di dukung Mr.Sahrijan dari PT. Djarum Kudus yang sebelumnya mendukung event tanggal 5 Desember... Alhamdulillah berdiri EO Samudera management untuk event pertama yang akan diselenggarakan:

"HAPPY NEW YEAR 2010 LA LIGHT BEACH PARTY"

Yang melibatkan group band lokal terbaik dengan acara utama pesta kembang api, parade DJ and Ladies Dancer yang Insya Alloh dilaksanakan pada malam Tahun Baru di Pantai Panjang Bengkulu.

Read More......

Putri Sedoro Putih

Cerita ini berasal dari Suku Rejang. Dahulu di sebuah desa terpencil hidup tujuh orang bersaudara. Nasib mereka sungguh malang, mereka sudah menjadi yatim piatu semenjak si bungsu lahir. Tujuh bersaudara itu terdiri dari enam orang laki-laki dan seorang perempuan. Sibungsu itulah yang perempuan. Namanya Putri Sedoro Putih. Tujuh orang bersaudara itu hidup sebagai petani dengan menggarap sebidang tanah di tepi hutan. Sibungsu sangat disayangi keenam saudaranya itu. Mereka selalu memberikan perlindungan bagi keselamatan sibungsu dari segala macam marabahaya. Segala kebutuhan sibungsu mereka usahakan terpenuhi dengan sekuat tenaga.

Pada suatu malam,ketika Putri Sedoro Putih tidur, ia bermimpi aneh. Ia didatangi seorang laki-laki tua. "Putri Sedoro Putih, kau ini sesungguhnya nenek dari keenam saudaramu itu, ajalmu sudah dekat, karena itu bersiaplah engkau menghadapinya". "Saya segera mati?" tanya Putri Sedoro Putih dengan penuh penasaran. "Benar, dan dari pusaran kuburanmu, nanti akan tumbuh sebatang pohon yang belum pernah ada pada massa ini, pohon itu akan banyak memberi manfaat bagi umat manusia." Setelah memberi pesan demikian lelaki tua itu lenyap begitu saja. Sementara Putri Sedoro Putih langsung terbangun dari tidurnya. Ia duduk termangu memikirkan arti mimpinya.

Putri Sedoro Putih sangat terkesan akan mimpinya itu, sehingga setiap hari ia selalu terbayang akan kematiannya. Makan dan minum terlupakan olehnya. Hal ini mengakibatkan tubuhnya menjadi kurus dan pucat. Saudara sulung sebagai pengganti orang tuanya sangat memperhatikan Putri Sedoro Putih. Ia menanyakan apa sebab adiknya sampai bersedih hati seperti itu. Apakah ada penyakit yang di idapnya sehingga perlu segera di obati ? Jangan sampai terlambat diobati sebab akibatnya menjadi parah .

Dengan menangis tersedu-sedu Putri Sedoro Putih menceritakan semua mimpi yang dialamainya beberapa waktu yang lalu. Kata Putri Sedoro Putih, "Kalau cerita dalam mimpi itu benar, bahwa dari tubuhku akan tumbuh pohon yang mendatangkan kebahagiaan orang banyak, aku rela berkorban untuk itu." "Tidak adiku, jangan secepat itu kau tinggalkan kami. Kita akan hidup bersama, sampai kita memperoleh keturunan masing-masing sebagai penyambung generasi kita. Lupakanlah mimpi itu. Bukankah mimpi sebagai hiasan tidur bagi semua orang ?", kata si sulung menghibur adiknya.

Hari-hari berlalu tanpa terasa. Mimpi itu pun telah dilupakan. Putri Sedoro Putih telah kembali seperti semula, seorang gadis periang yang senang bekerja di huma. Hasil panenpun telah dihimpun sebagai bekal mereka selama semusim. Pada suatu malam, tanpa menderita sakit terlebih dahulu Putri Sedaro Putih meninggal dunia. Keesokan harinya, keenam saudaranya menjadi gempar dan meratapi adik kesayangannya itu. Mereka menguburkannya tidak jauh dari rumah kediaman mereka.

Seperti telah diceritakan oleh Putri Sedoro Putih. Di tengah pusaranya tumbuh sebatang pohon asing. Mereka belum permah melihat pohon seperti itu. Pohon itu mereka pelihara dengan penuh kasih sayang seperti merawat Putri Sedaro Putih. Pohon itu mereka beri nama Sedoro Putih

Disamping pohon itu, tumbuh pula pohon kayu kapung yang sama tingginya dengan pohon Sedoro Putih. Pohon itu pun dipelihara sebagai pohon pelindung. Lima tahun kemudian. Pohon Sedoro Putih mulai berbunga dan berbuah. Jika angin berhembus, dari dahan kayu kapung selalu memukul tangkai buah Sedoro Putih sehingga menjadi memar dan terjadilah peregangan. Sel-sel yang mempermudah air pohon Sedoro Putih mengalir ke arah buah.

Pada suatu hari, seorang saudara Sedoro Putih berziarah ke kuburan itu. Ia beristirahat melepaskan lelah sambil memperhatikan pohon kapung selalu memukul tangkai buah pohon Sedoro Putih ketika angin berhembus. Pada saat itu, datang seekor tupai menghampiri buah pohon Sedoro Putih dan menggigitnya sampai buah itu terlepas dari tangkainya. Dari tangkai buah yang terlepas itu, keluarlah cairan berwarna kuning jernih. Air itu dijilati tupai sepuas -puasnya. Kejadian itu diperhatikan saudara Sedaro Putih sampai tupai tadi pergi meninggalkan tempat itu.

Saudara sedaro putih mendekati pohon itu. Cairan yang menetes dari dari tangkai buah ditampungnya dengan telapak tangan lalu dijilat untuk mengetahui rasa air tangkai buah itu. Ternyata, air itu terasa sangat manis. Dengan muka berseri ia pulang menemui saudara-saudaranya. Semua peristiwa yang telah disaksikannya, diceritakan kepada saudara-saudaranya untuk dipelajari. Cerita itu sungguh menarik perhatian mereka. Lalu mereka pun sepakat untuk menyadap air tangkai buah pohon Sedoro Putih. Tangkai buah pohon itu dipotong dan airnya yang keluar dari bekas potongan ditampung dengan tabung dari seruas bambu yang disebut tikoa. Setelah satu malam, tikoa itu hampir penuh. Perolehan pertama itu mereka nikmati bersama sambil berbincang bagaimana cara memperbanyak ketika berziarah ke kubur putri Sedoro Putih.

Tikoa adalah tabung yang di buat dari seruas bambu.

Urutannya sebagai berikut. Pertama, menggoyang goyangkan tangkai buah pohon Sedoro Putih seperti dilakukan oleh angin. Lalu memukul tangkai buah itu dengan kayu kapung seperti yang terjadi ketika kayu kapung dihembus angin. Akhirnya, mereka memotong tangkai buah seperti dilakukan oleh tupai. Tabung bambu pun digantungkan disana.

Buah Sedoro Putih di kenal sebagai beluluk di tanah rejang

Ternyata, hasilnya sama dengan sadapan pertama. Perolehan mereka semakin hari semakin banyak karena beberapa tangkai buah yang tumbuh dari pohon Sedoro Putih sudah mendatangkan hasil. Akan tetapi, timbul suatu masalah bagi mereka, karena air sadapan itu akan masam jika disimpan terlalu lama. Lalu, mereka sepakat untuk membuat suatu percobaan dengan memasak air sadapan itu sampai kental. Air yang mengental itu didinginkan sampai keras membeku dan berwarna kekuningan.

Semenjak itu, pohon Sedaro Putih dijadikan sumber air sadapan yang manis. Pohon itu kini dikenal sebagai pohon enau atau pohon aren. Air yang keluar dari tangkai buah dinamakan nira, sedangkan air nira yang dimasak sampai mengental dan membeku disebut gula merah.

Read More......

Tabot 2009

Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamudin, Kamis (17/12) malam, membuka secara resmi agenda tahunan menyambut Tahun Baru Hijriah, Festival Tabot 2009. Festival Tabot dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru 1431 Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW Amir Hussain di Padang Karbala Irak.

Meski diguyur hujan lebat, pembukaan yang berlangsung di lapangan Pasar Baru Koto Kampung itu dipadati masyarakat yang ingin menyaksikan pelepasan Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) untuk mengambil tanah sebagai tanda dimulainya ritual Tabot. "Saya mengucapkan terimakasih untuk Keluarga Tabot yang tetap mempertahankan tradisi ini walaupun tanpa dukungan pemerintah tetap dilaksanakan," kata Gubernur mengawali sambutannya.

Ritual Tabot sudah dilaksanakan masyarakat Bengkulu sejak abad ke 13 dan menjadi agenda tahunan bahkan masuk dalam kalender wisata nasional.Tabot yang berarti peti mati adalah lambang peti yang berisi jenazah Amir Hussain yang diarak masyarakat Bengkulu menuju lokasi yang disebut Kara Bela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.

"Semoga tradisi ini tetap dipertahankan, selain untuk meningkatkan keimanan kita juga menjadi salah satu aset budaya Bengkulu," kata Gubernur. Setiap tahun ribuan orang dari kabupaten/kota dipastikan memadati arena festival yang tahun ini digelar di Tapak Paderi Kota Bengkulu selama sepuluh hari sejak 17 hingga 27 Desember.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu Agus Setiyanto dalam sambutannya mengatakan warisan leluhur untuk menggelar ritual Tabot yang sudah berganti nama menjadi Festival Tabot kiranya tetap dipertahankan oleh seluruh masyarakat Bengkulu. Selain diisi dengan pertunjukan tari yang menjadi bagian dari ritual Tabor, pembukaan Festival Tabot juga diisi dengan agenda pembacaan puisi oleh sejumlah kepala daerah dengan tajuk Maharaja Disastra.

Puncak festival Tabot ditandai dengan pembuangan Tabot ke Kara Bela sebagai pertanda pemakaman cucu Nabi Muhammad SAW Amir Hussein, dan diiringi ribuan masyarakat Bengkulu. Tahun ini, kata Agus, agenda selama sepuluh hari ini ini akan dikombinasi dengan Festival Reog dan Kuda Kepang serta Festival Nasyid. "Kami ingin festival tahunan ini bisa menarik kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara lebih banyak lagi dari tahun ke tahun,"katanya. Agus mengatakan agenda tahunan ini strategis untuk meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus memajukan pariwisata Bengkulu.
Read More......

HAPPY NEW YEAR 2010 LA LIGHT BEACH PARTY

Bisnis hiburan malam sudah menjadi salah satu unsur pendukung bagi pembangunan dan perkembangan kawasan wisata terpadu di kota Bengkulu pada saat ini. Setiap pelaku bisnis hiburan tersebut secara kompetitif berusaha menarik minat para pengunjung dan pelanggannya sebanyak mungkin demi menaikan omset usahanya, yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf pendapatan pada masing masing usaha mereka. Dan tamu atau konsumen akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan perekonomian masyarakat Bengkulu pada umumnya.


Berbagai cara dan strategi dilakukan oleh para pelaku bisnis hiburan untuk mencapai target yang disebutkan diatas, diantaranya yaitu mengadakan event acara khusus atau acara special di malam-malam tertentu dengan berbagai konsep acara yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menyajikan hiburan yang segar dan nyaman dengan menyajikan menu special bagi para pengunjung yang datang.

Untuk menyikapi hal tersebut dalam menyambut tahun baru 2010 Samudera management akan menggelar “HAPPY NEW YEAR 2010 LA LIGHT BEACH PARTY” yang bertujuan untuk memberikan kesegaran dan kenyamanan kepada para pengunjung sehingga dapat memberikan dampak positif kepada kalangan masyarakat. Khususnya kota Bengkulu yang berujung kepada peningkatan pendapatan atau omset.

Read More......

OUTBOND....

Beberapa hari ini penulis ada kesibukan menyiapkan event untuk tahun baru 2010, dalam mengurus ijin lokasi untuk event tahun baru penulis membicarakan konsep-konsep wisata dengan mas Anto dari Dinas Pariwisata provinsi Bengkulu. Sampai pada akhirnya penulis diajak ke tempat permainan yang kalo di Bengkulu belum pernah ada, sebenarnya ditempat lain di Indonesia sudah 10 tahun yang lewat sudah ada. Outbond dikenal sebagai kegiatan outdoor yang menyenangkan, karena didalamnya terdapat konsep permainan yang bertujuan membangun kebersamaan, team building dan rasa percaya diri pada peserta.


Asal-asul outbond sendiri, berawal dari program pelatihan anak buah kapal salah satu pelayaran di Inggris. Pelatihan dilakukan tidak hanya di laut tetapi juga di darat yang berupa petualangan di alam, selama 26 hari.

Istilah awal yang diberikan untuk pelatihan tersebut adalah “County Badge”. Kemudian berubah menjadi Outward Bound. Istilah Outward bound inilah yang kemudian terus dipakai sampai hari ini. Istilah Outward Bound sendiri sudah dipatenkan, sehingga tidak semua orang boleh menggunakan istilah tersebut. Mungkin karena istilah Outward Bound sudah dipatenkan banyak orang kemudian menggunakan istilah 'outbound'.

Read More......

Lebong Kacamata

Lebong Kacamata merupakan lokasi penambangan emas peninggalan Belanda, yang meninggalkan lubang seperti goa dengan bentuk yang tidak beraturan.















Ada tiga buah lubang yang menembus kedalam goa dengan diameter sekitar 2 meter, posisi lubang dari dasar ketinggian sekitar 4 meter. Saat ini oleh masyarakat dijadikan tempat penambangan emas tradisional. Aktifitas penambangan emas tradisional ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Lebong Kacamata.



Read More......

Air Putih

Daya tarik berupa air panas alam yang terletak tidak jauh dari jalan raya. Terdapat dua sumber mata air, yaitu air dingin dan air panas yang mengalir ke satu sungai. Adapununtuk menjangkau lokasi ada dua alternatif jalan menuju kawasan yaitu dari Bengkulu Utara dengan melewati kecamatan Giri Mulya yang terdapat kebun kopi penduduk di kanan dan kiri jalan.

Alternatif lainnya melalui kota Curup menuju Muara Aman dengan melalui Danau Tes. Wisata ini menawarkan atraksi air panas yang keluar dari perut bumi, dengan pemandangan alam indah yang bernuansa pedesaan. Dilokasi telah dibangun Gazebo atau Shelter sebagai tempat istirahat dan pengunjung bisa bersantai menikmati nuansa pedesaan.

more to Lebong Kacamata

Read More......

Telaga Tujuh Warna

Telaga Tujuh Warna dapat ditempuh sekitar 35 Km dari kota Curup arah Muara Aman tepatnya lokasi telaga di desa Sumber Bening, Rimbo Pengadang. Dari simpang jalan di Sumber Bening ini dilanjutkan perjalanan sejauh 6 Km.

Sepanjang jalan menuju lokasi banyak dijumpai ladang-ladang penduduk, hutan hujan tropis yang menghijau dan bukit barisan yang menghampar terlihat dari kejauhan. Sudut pemandangan alam yang masih bisa dinikmati di Rimbo Pengadang. Sumber air panas ini terdiri beberapa telaga yang bila diperhatikan secara seksama akan mewakili tujuh warna yaitu: Biru, Merah, Putih, Abu-abu, Kuning, Coklat dan Hitam.

more to Air Putih

Read More......

Legenda Ular n’Daung

Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit keras.Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib dari puncak gunung.

Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n’Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.

Belum habis rasa khawatir si Bungsu, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dan raungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah pertanda si Ular n’Daung mendekati gua kediamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur. Dengan sangat ketakutan si Bungsu mendekatinya dan berkata, “Ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaib guna memasak obat untuk ibuku yang sakit. Tanpa diduga, ular itu menjawab dengan ramahnya, “bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi isteriku!”

Si Bungsu menduga bahwa perkataan ular ini hanyalah untuk mengujinya. Maka iapun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah ia membawa bara api pulang, ia pun menepati janjinya pada Ular n’Daung. Ia kembali ke gua puncak gunung untuk diperisteri si ular.

Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam harinya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama Pangeran Abdul Rahman Alamsjah.

Pada pagi harinya ia akan kembali menjadi ular. Hal itu disebabkan oleh karena ia disihir oleh pamannya menjadi ular. Pamannya tersebut menghendaki kedudukannya sebagai calon raja.

Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kakaknya yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan si Bungsu. Maka merekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana diwaktu malam hari.

Alangkah kagetnya mereka ketika mereka mengintip bukan ular yang dilihatnya tetapi lelaki tampan. Timbul perasaan iri dalam diri mereka. Mereka ingin memfitnah adiknya.

Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusir adiknya itu. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Dengan dibakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan.

Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Ia berlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritakannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna kalau ada orang yang secara suka rela membakar kulit ular itu.

Kemudian, si Ular n’Daung yang sudah selamanya menjadi Pangeran Alamsjah memboyong si Bungsu ke istananya. Pamannya yang jahat diusir dari istana. Si Bungsu pun kemudian mengajak keluarganya tinggal di istana. Tetapi dua kakaknya yang sirik menolak karena merasa malu akan perbuatannya.
Read More......

PLTA MUSI

PLTA MUSI terletak di kabupaten Kepahiang yang diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudoyono pada bulan Oktober tahun 2006, dengan kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan 3 x 70 MW yang dapat menyuplai tenaga listrik kawasan Sumatra bagian Selatan.














PLTA MUSI tersebut oleh Pemerintah Daerah kabupaten Kepahiang dikembangkan sebagai obyek wisata.

more to Telaga Tujuh Warna

Read More......

Kebun Teh Kebawetan

Daya tarik berupa perkebunan teh peninggalan Belanda. Dan panorama alam yang indah dengan udara yang sejuk. Para pengunjung dapat melihat proses pembuatan teh secara langsung dan menikmati air teh yang disediakan oleh pengelola.

Fasiltas yang tersedia berupa jalan aspal ke lokasi, pesanggrahan, penginapan dan tempat makan minum.

more to PLTA MUSI

Read More......

Lebong Tandai "Batavia Kecil" (2)

Kesibukan penulis dan team mempersiapkan event Danlanal Open Road Race 2009 tanggal 4-5 Desember 2009 dalam rangka HUT TNI AL, penulis menyempatkan melanjutkan tulisan Lebong Tandai sebagai tempat wisata yang sangat menarik untuk "wisata tambang". Setelah tiba di "Stasiun Molek" (sebutan bagi kereta lori berukuran 5 x 1 m, bermesin diesel 10 PK yang bermuatan maksimal 10 penumpang).


Perjalanan menjelang hari mulai gelap, memberi kesan tersendiri bagi mereka yang menyukai wisata alam karena kita hanya bisa melihat hutan dikanan kiri dan Molek yang berjalan didepan atau dibelakang Molek yang kita tumpangi.

Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman karena perjalanan cukup panjang menempuh 33 km panjang rel kereta ini. Untuk diketahui sejak jaman penjajahan hingga sekarang ini, baru ada 2 wilayah yang dilewati rute kereta api atau yang memiliki rel, yaitu disini dan di Kecamatan Kota Padang (Kabupaten Rejang Lebong berbatasan dengan Kota Lubuk Linggau Sumatera Selatan).

Setelah kita menyusuri rel yang membelah hutan sambil menikmati bunyi-bunyian binatang malam sebelum tiba di desa Lebong Tandai kita akan melewati 3 terowongan, yaitu terowongan lobang panjang (+ 300 m), lobang tengah (+ 100 m) dan lobang pendek (+ 50 m) sampailah kita didesa Lebong Tandai, pemandangan desa ini pada malam hari mengingatkan kita pada suasana kehidupan para penambang di film-film Hollywood yang mengambil latar kehidupan tambang . Warung-warung berjejer dengan rapi disepanjang jalan ditengah-tengah desa. Masyarakat sebagian duduk ngobrol, main kartu, dan menonton TV, tak sedikit pula yang bergegas menuju Molek yang baru tiba karena mengambil pesanan barang yang dibeli dari luar desa.

Semua orang pasti akan takjub bercampur kagum betapa tidak, setelah melewati perjalanan selama 3, 5 jam pemandangan sebelumnya hanya hutan, tiba-tiba didepan kita terbentang sebuah desa yang penuh dengan nuansa modern. Listrik yang terang benderang dan tak pernah mati memancar dari setiap rumah dan sudut desa, dan hampir ditiap rumah memiliki pesawat TV walaupun ukuran kecil. Alat elektronik seperti TV, Radio dan sejenisnya adalah salah satu hiburan bagi masyarakat yang hidup didaerah terpencil ini. Berbicara tentang hiburan memang tradisi itu sudah cukup lama tertanam dimasyarakat.

Dengan posisi terpencil dan jauh dari dunia luar, pantas saja perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau milik Belanda tahun 1910 masuk ke Lebong Tandai dan menguasai tambang ini dan membangun tempat bermain billyard, lapangan basket, lapangan tenis, rumah kuning (rumah bordil/lokalisasi) dan bioskop. Hanya bioskop dan rumah kuning yang bangunannya sudah tidak ada lagi. Perusahaan Belanda itu juga setiap tahun mendatangkan penari ronggeng dari Batavia (sekarang Jakarta).













Hal ini dapat dibuktikan dengan nama sebuah jembatan menuju Lebong Tandai yaitu jembatan Dam Ronggeng I dan Ronggeng II. Dinamakan jembatan Dam Ronggeng karena pada saat peresmiannya mengundang penari-penari ronggeng dari Batavia.

Desa ini terletak 500 meter dari permukaan laut, disebelah selatan berbatasan dengan bukit Husin dan sebelah utara berbatasan dengan bukit Baharu. Tercatat penduduknya 120 KK atau sekitar 360 jiwa ini dibagi menjadi 3 RT dan 2 Dusun. Desa ini pernah mendapat predikat sebagai desa teladan pada masa Kepala Desa Parman memimpin. Penduduk disini cukup heterogen ada suku Jawa, keturunan Tionghoa, Sunda, Batak, Padang, Rejang dan penduduk Pekal yang sejak awal mendiami wilayah itu. Tak heran jika penduduk disini dalam percakapan sehari-hari menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Pekal. Namun walaupun heterogen dan sudah tersentuh modernisasi kegotong-royongan warga masih cukup kuat, termasuk keramah-tamahan jika bertemu dengan orang yang baru datang.

Karena kita tiba didesa pada malam hari, rasanya tak sabar kita menunggu datangnya pagi. Rasa penasaran ingin menyaksikan desa ini disiang hari. Para penambang maupun perangkat desa akan membantu kita mengenal lebih dekat apa-apa saja yang ada didesa ini.














more to Kebun Teh Kebawetan

Read More......
 

ikuti saya

ID
ardi.romdani@yahoo.com
Visit MyBlogLog and get a signature like this!
Travel blogs & blog posts
Resorts Blogs - Blog Catalog Blog Directory
Travel Blogs
Free Automatic Backlink