Tour Enggano 2010

Sibuknya penulis menyiapkan w@rnet SAMUDERA dan mempersiapkan kegiatan Bengkulu Road Race 2010 tanggal 21 Februari. Mendapat perintah untuk mendampingi Danlanal Bengkulu dalam kegiatan Tour Enggano dalam rangka Bakti Sosial TNI, Polri dan Pemda. Minggu 7 Februari 2010 berangkat menggunakan KM.Raja Enggano bertolak dari pelabuhan ferry Pulau Baai sekira pukul 18.00 Wib, perjalanan menuju Pulau Enggano membelah Samudra Hindia. Alhamdulillah perjalanan kali ini sangat bersahabat cuaca tenang menempuh perjalanan kurang lebih 156 km (92 mil laut) ditempuh selama 12 jam. Sampai di Pulau Enggano sekira pukul 05.00 Wib.

Pulau Enggano adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India. Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan satu kecamatan. Pulau ini berada di sebelah barat daya dari kota Bengkulu dengan koordinat 5° 31′ 13″ LS, 102° 16′ 0″ BT.

Laporan pertama mengenai pulau ini berdasarkan catatan Cornelis de Houtman yang mengunjungi pulau ini tanggal 5 Juni 1596.[1]. Tidak diketahui dari mana de Houtman mengetahui nama pulau ini, yang dalam bahasa Portugis, engano, berarti "kecewa".

Penduduk asli Pulau Enggano adalah suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Selain Suku Kauno, terdapat Suku Banten (pendatang), dan empat suku lainnya. Penduduk dari pulau dengan luas 40 hektare ini rata-rata hidup dari perkebunan kakao yang hasilnya dijual ke Kota Bengkulu.

Di Enggano terdapat lima Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang terletak di desa Apoho, Banjar Sari, Ka'ana, Meok dan Kayaapu.

Penulis menyempatkan untuk melihat pelabuhan malakoni yang pada tahun 2000 terjadi gempa besar yang menyebabkan roboh nya pelabuhan malakoni. Dan rumah adat suku kaitora. Rumah adat yang lain sudah banyak rusak dan tidak terawat. Melihat kehidupan di pulau ini masih asli karena dari adat di pulau ini peraturan adat untuk selalu menjaga keaslian pulau. Jalan penghubung antar desa melewati jalan tengah rusak berat sehingga penulis harus berkubang dengan lumpur untuk bisa melihat desa di Pulau Enggano.

Yang menarik bagi penulis disini Hutan Mangrove dengan pohon yang cukup banyak dan besar berpotensi untuk pembibitan dan dikembangkan. Gagasan dari Danposal Pulau Enggano Pelda Harun Sujatmiko didukung anggota Posal Enggano untuk mengadakan pembibitan di mulai dengan 1000 pohon mangrove. Bisa menjadi pilot project dalam rangka melestarikan hutan di kawasan pesisir sebagai pertahanan pantai dari gelombang yang menyebabkan abrasi di pantai-pantai Indonesia.

Dan penulis sampaikan dukungan terhadap kelestarian lingkungan pesisir. Semoga dengan tulisan ini bisa menyampaikan pesan bahwa di mulai dari sekarang untuk berbuat terhadap lingkungan. Kalau bukan kita siapa yang menjaga, supaya keturunan kita bisa menikmati dan berkelanjutan untuk selalu menjaga lingkungan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

ikuti saya

ID
ardi.romdani@yahoo.com
Visit MyBlogLog and get a signature like this!
Travel blogs & blog posts
Resorts Blogs - Blog Catalog Blog Directory
Travel Blogs
Free Automatic Backlink